Tuesday, November 26, 2013

HAJJAJ BIN YUSUF

fathi's personal blog

-> anything <-
Beranda > dunia islam > Ibnu Zubayr, Abdul Malik bin Marwan, dan Hajjaj bin Yusuf‏

Ibnu Zubayr, Abdul Malik bin Marwan, dan Hajjaj bin Yusuf‏

 
 
 
 
 
 
1 Vote

Berawal dari artikel forward-an (di milis keadilan) yang bersumber dari wakalanusantara, saya jadi tergelitik untuk meneliti kembali siapa Ibnu Zubayr (Abdullah bin Zubayr bin Awwam), Abdul Malik bin Marwan, dan Hajjaj bin Yusuf.
Ibnu Zubayr
Beliau adalah sahabat Nabi. Ayahnya bernama dari Zubayr bin Awwam dan ibunya adalah Asma binti Abu Bakar. Dengan demikian, selain sebagai sahabat nabi, beliau juga putra sahabat nabi (Zubayr dan Asma) dan juga cucu sahabat Nabi (Abu Bakar Ash Shiddiq). Beliau lahir pada tahun 2H/624M dan wafat pada tahun 70H/692 M. Jadi meskipun beliau bertemu dengan Rasulullah hingga usia 8 tahun saja, tetapi juga berinteraksi dengan sahabat lainnya yang sangat banyak pada masa itu.
Abdul Malik bin Marwan
Kalau dilihat dari tahun kelahirannya, beliau bisa masuk ke dalam kategori tabi’in. Beliau lahir pada 24H/646M dan wafat pada 83H/705M. Dia adalah khalifah kelima Bani Umayyah. Kalau kita perhatikan sejarah Islam, cukup banyak prestasi yang dia raih untuk kemajuan ummat Islam. Di antaranya adalah memperluas daulah Islam hingga Afrika bagian utara dengan mengalahkan Bizantium.
Hajjaj bin Yusuf
Hajjaj ini adalah orang yang dikirim oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk membunuh Ibnu Zubayr. Dari tahun kelahirannya, Hajjaj memungkinkan masuk ke dalam kategori tabi’in seperti halnya Abdul Malik bin Marwan. Dia lahir pada 39H/661M dan wafat pada 92H/714M. Dia punya kontribusi terhadap kemajuan Islam dengan merumuskan harakat untuk mushaf Al Quran yang kita baca. Tetapi dia juga punya banyak catatan mengerikan. Berikut ini saya kutipkan tulisan yang dibuat oleh Salim Akhukum Fillah di salah satu notesnya di facebook yang berjudul "Menyalakan lilin bersama Raja’"
Dengan maksud tak memperpanjang daftar hal-hal yang menggidikkan ini, mari melompat ke saat-saat menjelang tampilnya ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz. Ya, di sana masih ada Al Hajjaj ibn Yusuf Ats Tsaqafi, seorang ‘alim yang punya andil merumuskan sistem harakat untuk mushhaf yang kita baca. Tapi bukankah dia seperti kata ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz sendiri, “Andai ummat-ummat dan bangsa datang dengan segala kejahatan mereka; dan kita Bani ‘Umayyah datang dengan Al Hajjaj seorang, demi Allah takkan ada yang bisa mengalahkan kita.”
Para penulis riwayat menghitung, Al Hajjaj bertanggungjawab atas pembunuhan sekitar 120.000 orang yang kebanyakan adalah ‘ulama dan orang-orang shalih. Belum lagi ketika dia meninggal, masih ada sekitar 80.000 jasad yang ditemukan di penjaranya, mati tanpa peradilan yang hak. Rincian ini bisa kita teliti dalam redaksi Ibn ‘Abdil Barr, Al Isti’aab 1/353 dan 2/571; Ibn Al Atsir, Al Kamil 4/29 dan 133; Ibn Katsir, Al Bidayah 9/2, 83, 91, 128, 129, dan 131-138; serta Ibn Khaldun, At Tarikh 3/39.
Di antara mereka yang dibunuh Al Hajjaj, terdapat sahabat-sahabat utama Rasulullah seperti ‘Abdullah ibn Az Zubair ibn Al ‘Awwam, putra Asma’ binti Abi Bakr Ash Shiddiq, An Nu’man ibn Basyir, ‘Abdullah ibn Shafwan, dan ‘Imarah ibn Hazm. Kepala mulia ‘Abdullah yang pernah diciumi Rasulullah itu dipenggal dan dikelilingkan ke berbagai kota; Makkah, Madinah, hingga Damaskus. Jasad-jasad mereka disalibkan di kota Makkah, dijadikan tontonan hingga berbulan lamanya. Keterangan ini bisa kita telusur dalam tulisan Ibn ‘Abdil Barr, Al Isti’aab 1/353-354; Ath Thabari, At Tarikh 5/33-34; Ibn Katsir, Al Bidayah 8/245 dan 332; Ibn Khaldun, At Tarikh 3/39; serta Ibn Sa’d, Ath Thabaqat 6/53.
Selain itu, patut dicatat nama Sa’id ibn Jubair, tabi’in agung, murid kesayangan ‘Abdullah ibn ‘Abbas yang dikuliti dan disayati dagingnya oleh Al Hajjaj. Juga tindakan dan cercaannya yang mengancami ‘Abdullah ibn ‘Umar, ‘Abdullah ibn Mas’ud, Anas ibn Malik, dan Sahl ibn Sa’d As Sa’idi, Radhiyallaahu ‘Anhum. Di masa ini pula para penguasa melaksanakan khuthbah pertama Jum’at sambil duduk, menjadikan caci-maki terhadap ‘Ali ibn Abi Thalib dan keluarganya sebagai rukun khuthbah, dan melangsungkan khuthbah hari raya sebelum shalatnya. Bid’ah-bid’ah yang dahsyat ini bisa kita telusuri dalam anggitan Ibn Al Atsir, Al Kamil 4/119, 300; Ath Thabari, At Tarikh 6/26; dan Ibn Katsir, Al Bidayah 8/258, 10/30-31.
Yang pasti, kita punya terminologi yang jelas tentang sahabat nabi, tabi’in dan tabiut tabi’in. Orang yang lahir sejaman dengan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam tidak lantas menjadi sahabat yang "radhiyallahu ‘anhum wa radhuu ‘anhu". Begitu juga dengan orang-orang yang lahir pada dua generasi berikutnya, tidak lantas menjadi tabi’in dan tabi’ut tabi’in.
Wallahu a’lam.

Awas,.Pemecah.Belah.Barisan!

Awas,.Pemecah.Belah.Barisan!