Sunday, December 30, 2012

Hadist di tulis 100thn setelah Nabi wafat


SEJARAH DITULISNYA HADIST-HADIST NABI MUHAMMAD OLEH BUKHARI Dkk

by Ahmad Bigaw on Tuesday, December 18, 2012 at 8:29pm ·
SEJARAHA DITULISNYA HADIST-HADIST NABI MUHAMMAD
(Tulisan ini saya sadur dari tulisan Bpk. Djoko Judojono dalam sebuah diskusi, dan saya sebagai salah satu peserta diskusi) dan saya sangat sependapat dengan tulisan Pak Djoko Judojono, tulisan beliau sbb :
------------------------------------------------------------------------------------------

Dalam buku Pengantar Study Ilmu Hadits karya Syaikh Manna’ Al-Qathathan seorang ulama yang mumpuni juga seorang profesor dan juga Ketua program paska Sarjana di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Saudi Arabia, pada halaman 47 tertulis sbb :

Ada beberapa nash yang BERTENTANGAN dalam hal penulisan hadits, sebagian menunjukan adanya larangan dan sebagaian lain membolehkan penulisan.


A. RIWAYAT YANG MELARANG PENULISAN HADITS :

1. Dari Abu said Al-Khudri RA. Bahwa Rasulullah Saw bersabda : “ JANGANLAH MENULIS KATA-KATAKU, SIAPA YANG MENULIS DARPADAKU SELAIN AL QUR’AN HENDAKNYA DIHAPUS (DILENYAPKAN), SAMPAIKAN UCAPAN2 KU, TIDAK MENGAPA. TETAPI BARANGSIAPA YANG SENGAJA BERBOHONG ATAS NAMAKU DIA TELAH MEMILIH TEMPATNYA DI NERAKA. ( H R MUSLIM)

2. Dari Abu Said Al-khudri : “Kami memohon izin dari Razul SAW unruk menulis hadits Rasulullah namun beliau tidak mengizinkan.” (sunan Turmudzi jus 5 hal 38)

3. Dari Abu Said Al-khudri : “JANGANLAH KALIAN MENULIS APA2 DARIKU SELAIN AL QUR’AN. BARANG SIAPA YANG TELAH MENULISKANYA, HENDAKNYA IA MENGHAPUSKANYA. ( Sunan Darimi Juz1 hal 119 dan juga Musnad Ahmad ibnu Hanbal Juz 3 hala 12-13)

4. Dari Zaid bin Tsabit ( ada tiga riwayat yang hampir sama dengan sanad yang berbeda) : Rasulullah telah memerintahkan kepada kami untuk tidak menulis sesuatupun dari hadits beliau, lalu hadits yang telah tertulis itu semua dihapus. (Sunan Abi Dawud juz3 hal 319 dan Dainuri , Jami Bayan al –Sunnah al-Syarifah. Juz 1 halaman 63. Dan dua riwayat lainya dari kumpulan buku hadits yang ber beda-beda)

5. Dari Abu Hurairah RA : “Rasulullah SAW datang kepada kami ketika kami sedang menulis hadits beliau, lalu beliau bersabda : “Apa yang sedang kalian tulis?”. Kami menjawab: “Hadits2 yang kami dengar dari Engkau”. Beliau berkata : “APAKAH KALIAN MENGHENDAKI KITAB SELAIN KITABULLAH?. TIDAKLAH SESAT UMAT SEBELUM KALIAN MELAINKAN KARENA MEREKA MENULIS DARI KITAB-KITAB SELAIN KITABULLAH (AL QUR’AN). ( Diriwayatkan Al Khatib al-bagdadi hal33 dan Ihya Sunnah Nabawiyah.)

6. Dari Abu Hurairah RA : Rasulullah bersabda : “Sucikanlah Kitab Allah, murnikanlah Kitabullah.” Lalu kami mengumpulkan apa2 yang kami tulis (hadits) dan membakarnya lalu kami bertanya : “Ya rasulullah, apakah kami masih bisa meriwayatkan sabda-sabdamu (secara lisan)?”. Beliau berkata : “TIDAK MASALAH, NAMUN BARANGSIAPA YANG DENGAN SENGAJA BERDUSTA KEPADAKU, TEMPATNYA ADALAH NERAKA.” .(M.R. Jalali Husaini . Tadwin al-Sunnah al Syarifah hal 298, dinukil dari Khatib Al-Bagdadi, Taqyid al-Ilm.) Dan juga bisa diperhatikan riwayat2 ini dengan sanad yang sama juga dinukil dari Abu Said.


B. RIWAYAT YANG MEMPERBOLEHKAN PENULISAN HADITS :

1. Dari Abdullah bin Amru bin Al-ash ra. : Rasulullah bersabda : “TULISLAH DEMI JIWAKU DITANGAN-NYA (maksudnya Allah SWT) TIADA SESUATU APAPUN YANG KELUAR DARI-NYA MELAINKAN YANG HAK DAN BENAR.” (Sunan Ad Darimi)

2. Dari Abu Hurairah RA : Tiada seorangpun dari sahabat Rasulullah yang lebih banyak haditsnya dariku kecuali Abdullah bin Amru (Al-Ash) karena dia menulis dan akau tidak menulis.” ( HR. Bukhari)

3. Dalam Ash Shaihain diriwayatkan ketika Nabi Berkutbah memasuki Mekkah setelah memenangkannya, seorang penduduk Yaman bernama Abu Syah berkata : “Wahai Rasulullah tulislah untuku.” Dan beliau bersabda “tulislah untuk Abu Syah”.

4. Dari Anas bin malik: Rasulullah bersabda: “Ikatlah ilmu dengan Buku.” ( Al Khatib dalam Tayidul Ilm hal 74)


Atas dasar A dan B inilah para ulama terbelah pendapatnya. Ada rombongan yang melarang dan ada rombongan yang memperbolehkan.

Dalam beberapa buku tentang ini , tidak ada pendapat yang bulat dari para ulama atau ahli2 sekarang mendukung yang benar yang mana. Bahkan para pendukung setuju untuk penulisan, mengajukan berbagai alasan yang terlihat kurang kuat.

Umumnya lalu mereka menerima saja kenyataan bahwa hadits sudah terlanjur tertulis dan bahkan sudah dibukukan rame2 oleh banyak sekali penulis hadits.

Saya pribadi berpendapat, sekali lagi saya kutip dahulu pesan pak Budi Santoso yang menurut saya sangat mengena sbb : ......... Ini hanyalah keyakinan saya, ..........tidak ada keharusan seseorang untuk mengikutinya [QS 2:256], semua atas kesadaran dari apa yg 'dilihat oleh Hati masing-masing'.......

Dan pendapat saya pribadi sbb :

Alasan saya yang Pertama :

Nabi SAW bersabda, jangan ditulis tetapi secara lisan (orally) boleh diriwayatkan. Bahkan Nabi mengingatkan kalau buat tulisan atau buku untuk disandingkan kepada AlQur”an, Nabi bahkan mengatakan bhw umat2 yang lalu saja mereka jadi sesat. Contoh Yahudi (Judaism) Tauratnya ditandingi dg kitab Hadits para Rabbi2 mereka yaitu ada Talmud, Gemara Misnah, dlsb.
Contoh lain Bible. A.Deedat dalam THE CHOICE mengatakan, Al Quran redaksinya konsisten terus dari awal hingga akhir yaitu bergaya top down, dari Tuhan kepada Manusia, sedangkan Bible (sebab ditulis banyak tangan manusia) menjadi kacau, kadang2 perintah2 Nabi2 masih terlacak secara langsung dan bercampur dengan banyak hadis dari nabi2 maupun cerita orang2 biasa saja. Namun jangan cepat2 meremehkan Bible. Banyak pakar Kristology berpendapat kandungan ajaran Tuhan terlacak 20 sampai 30 percent di dalamnya.

Selanjutnya, saya kira perintah Nabi Muhammad SAW agar kita tidak menuliskan haditsnya ini benar2 kuat dan sangat beralasan agar seterusnya Hadits nya tidak dituliskan. Alasan kuat adalah Nabi tahu akan banyak menyesatkan umat seperti umat yang telah lalu. Dan bukankah ini juga disebutkan didalam banyak ayat Al Qur’an?


Alasan saya yang Kedua :

Ini hanya masalah fakta, bahwa Nabi wafat dan sampai kira2 100 tahun tidak ada yang menulis haditsnya. Tiga Khalifah Abu Bakar, Umar Bin Khatab dan Usman “sangat strict” dalam mematuhi perintah itu. Ini selalu diriwayatkan dalam buku2 tentang study hadits itu sendiri.

Bahkan ada suatu riwayat dalam salah satu buku saya menceriterakan sbb : Ketika nabi bersabda jangan ditulis maka segera Umar bin Khatab sangat gesit melakukan sweeping dari rumah ke rumah memastikan pemusnahan tulisan itu.

Cerita2 dalam buku2 tsb terutama mengenai masa kurang lebih 100 tahun tak ada tulisan hadits melainkan hanya dihafal dan disampaikan secara “oral tradition”. Ada pendapat bahwa Ide penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab, namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir umat Islam akan terganggu perhatiannya dalam mempelajari Al-Quran.

Pada masa pemerintahan Khalifah “Umar bin Abdul Aziz” yang dinobatkan akhir abad pertama hijrah, yakni tahun 99 hijrah, datanglah ‘angin segar’ yang mendukung kelestarian hadis. Umar bin Abdul Azis seorang khalifah dari Bani Umayyah terkenal adil dan wara’, sehingga beliau dipandang sebagai khalifah Rasyidin yang kelima.

Beliau sangat waspada dan sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya, karena meninggal dunia.

Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghapalnya.

Maka tergeraklah ia untuk mengumpulkan hadis-hadis Nabi dari para penghapal yang masih hidup. Pada tahun 100 H Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadis-hadis Nabi yang terdapat pada para penghafal.


Saya pernah ungkapkan diatas sekali bahwa, kumpulan kitab hadits pertama yang bisa dilacak manusia sekarang adalah Kitab Al Muwatho (TELAH TERKUASAI) karya Imam Malik bin Anas yang siap menjadi buku kira2 pada tahun 140 Hijriah.

Alasan yang sangat kuat : “APAKAH KALIAN MENGHENDAKI KITAB SELAIN KITABULLAH?. TIDAKLAH SESAT UMAT SEBELUM KALIAN MELAINKAN KARENA MEREKA MENULIS DARI KITAB-KITAB SELAIN KITABULLAH (AL QUR’AN).

Kalau ada alasan lain itu pasti pendapat pribadi orang lain bukan alasan dari Nabi sendiri.

Dan alasan kuat itu se - akan2 nabi mengatakan ...... BILA KAMU MENULISKAN HADIS DAN MENYANDINGKANNYA DENGAN AL-QURAN ATAU BAHKAN MAU MENGGANTIKAN AL QURAN DENGANNYA ....... INGATLAH PASTI KAMU AKAN JADI SESAT SEPERTI UMAT TERDAHULU ..... YAHUDI DENGAN TAURAT NYA DIDAMPINGI TALMUD, DSB-NYA. PAULINE CHRISTIAN YANG MENGGANTI INJIL ASLI DENGAN MENGGABUNGKAN HADITS 2 PAULUS KE DALAMNYA .


APAKAH ALASAN NABI INI TIDAK KUAT ? MENURUT SAYA INILAH ALASAN YANG PALING DASAR DAN KUAT, NABI PASTILAH TAHU ITU.


KESIMPULAN sampai disini adalah sbb :

NABI BETUL2 MENGHENDAKI HADITS NYA TIDAK DITULISKAN, HANYA BOLEH DIHAFAL DAN DISAMPAIKAN SECARA MULUT KE MULUT ATAU LISAN SAJA, NAMUN JANGAN BOHONG ...... ADA ANCAMANYA. DAN HAL INI DIIKUTI OLEH UMAT NABI YANG DULU SAMPAI HAMPIR KURANG LEBIH 100 TAHUNAN SETELAH NABI WAFAT.


Itu kesimpulan sementara ini , karena nanti ada kesimpulan akhir setelah kita bahas APA SEBETULNYA PENDAPAT AL QUR’AN DALAM HAL INI .


Jadi fakta bahwa kurang lebih 100 tahunan perintah Nabi SAW hanya menghafal dan menyampaikan haditsnya secara lisan dari mulut ke mulut ini benar-benar di ikuti dengan sangat patuh, ini membuktikan bahwa perintah itu betul-betul ada dan tidak main-main .

Pada tahun 100 H, Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadis-hadis Nabi yang terdapat pada para penghafal.

Jadi kalau ada pertanyaan "Siapakah yang mula2 ada ide untuk menuliskan hadis sehingga perintah Nabi SAW dilanggar" .....Maka, Kalifah Umar bin Abdul Azis inilah orang pertama yang tidak mau tunduk-patuh kepada perintah nabi.

Setelah penulisan pertama pada abad kedua Hijriah itu (tahun 100 dst), sejarah membuktikan bahwa di abad ketiga (tahun 200 dst) terjadi penulisan dan pembukuan hadits secara besar2 an. Tokoh paling ternama adalah Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Termidzi , An Nasai, dll.
Al Muwatho yang hanya membukukan kurang lebih 870 hadits ini pada waktu abad ketiga telah berkembang menjadi kurang lebih 700.000 buah hadits

Dalam bukunya “Sunnah dibawah ancaman” , Dr Daud Rasyid, MA menuliskan di hal 106 :
Inilah hadits2 Bukhari, menurut Ibnu Shalah jumlahnya 7275 termasuk pengulangan, tetapi dengan menghilangkan jumlah hadits ulangan maka jumlah Hadits Bukhari ada 2602 saja.
Adapun Shahih Muslim menurut penomoran Mohammad Fuad Abdul Baqi berjumlah 3033 hadits kalau dengan hadits ulangan jumlhnya diatas 8000 buah.

Di buku yg sama hal 86 tertulis : Al Ismaili meriwayatkan dari Bukhari : Aku tidak memuat dalam kitab ini kecuali hadits yang sahih, namun hadits sahih yang aku tinggalkan di luar sana jumlahnya lebih banyak.


Dari bacaan buku2 dlsb saya berkesimpulan : tak seorangpun di dunia ini yang mampu menemukan dan membukukan semua hadits shahih dari Nabi Muhammad SAW .

Salam

3 comments:

  1. Merujuk pada kalimat yang anda tulis sbb : Jadi kalau ada pertanyaan "Siapakah yang mula2 ada ide untuk menuliskan hadis sehingga perintah Nabi SAW dilanggar" .....Maka, Kalifah Umar bin Abdul Azis inilah orang pertama yang tidak mau tunduk-patuh kepada perintah nabi.

    Maka :
    Kurang pantas kiranya jika seoarang shahabat
    tabi'in yang hidup lebih dekat dengan zaman Rasulullah diletakkan dengan pelanggaran terhadap zaman Rasulullah. Jika dilihat kembali dari hadis yang anda tulis (3. Dalam Ash Shaihain diriwayatkan ketika Nabi Berkutbah memasuki Mekkah setelah memenangkannya, seorang penduduk Yaman bernama Abu Syah berkata : “Wahai Rasulullah tulislah untuku.” Dan beliau bersabda “tulislah untuk Abu Syah”.), maka mungkin abu syah lebih dulu melanggar.
    Seharusnya setiap hukum yang berbeda, dapat disikapi oleh maksud yang mungkin menyangkut kepercayaan Rasulullah terhadap seseorang. Seperti memberikan ilmu politik kepada yang bukan ahlinya. Selama ada hukum yang membolehkan, maka tidak bisa semena2 seseorang memberikan hukum salah kepada siapapun tanpa kecuali anda. Karna yang anda tulis ini pun adalah sebagian hadis yang ada dlm arikel ini, anda pun masuk didalamnya sebagai penulis hadis. Bukankah semua ini di maksudkan agar semua faham dan dan mengetahui apa yang menjadi kebiasaan Rasulullah. Tanpa anda menulisnya, maka anda tidak akan sampai dengan maksud yang anda inginkan. Begitu juga dengan Abdul Aziz ra, yang diinginkannya dengan kekhawatiran hilangnya penghapal hadis karna seiring waktu. Abdul Aziz lebih dekat dengan zaman Rasulullah, dan masih banyak para Ulama dan keluarga Rasulullah yang mampu menyanggahnya jika memang ia salah. Sedangkan perbuatannya banyak diikuti karna keabsahannya. Saya yakin anda pun tau dengan hadis yang anda tulis ini berdasarkan dari hadis yang tertulis, bukan dari seorang penghapal. Jika anda menghujat jahat pada seseorang, yakinkanlah dulu, apakah anda termasuk didalamnya. WAB

    ReplyDelete